Saturday, May 21, 2011

Garam dan Telaga

0 Comments



Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak, biasa dipanggil Pak Tua Bijak.
Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung masalah. Langkahnya gontai dan air mukanya masam, menyiratkan ketidakbahagiaan dan kegagalan. Tanpa buang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya kepada Pak Tua Bijak. Pak Tua Bijak hanya mendengarkannya dengan seksama, Setelah si anak muda selesai menceritakan masalahnya, Pak Tua Bijak mengambil segenggam garam. Ditaburkannya garam itu ke dalam segelas air, lalu diaduknya perlahan. Setelah itu,
Pak Tua Bijak berkata, "Anak muda, minumlah air ini dan katakan bagaimana rasanya."
"Pahit. Pahit sekali rasanya", jawab si anak muda, sambil memuntahkan air yang telah sampai di mulutnya.
Pak Tua itu tersenyum. Lalu ia mengajak anak muda itu berjalan menuju ke tepian sebuah telaga. Pak Tua Bijak kembali mengeluarkan segenggam garam dan menaburkannya ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang dan riak air yang mengusik ketenangan telaga itu seolah mengaduk garam agar tercampur rata dalam telaga.
"Coba ambil air ini dan minumlah." perintah si Pak Tua Bijak. Setelah si anak muda selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, "Bagaimana rasanya?"
"Segar", sahut si anak muda.
"Apa kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua Bijak lagi yang dijawab lugas oleh si anak muda, "Tidak".
Dengan tersenyum Pak Tua Bijak menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.
"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam ini, tak lebih dan tak kurang jumlah dan rasa pahit itu sama dan memang akan tetap sama.. Tapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat bergantung pada wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."
Pak Tua Bijak tersenyum, "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan." 
Masalah itu sebuah keniscayaan dalam hidup. Entah itu kegagalan atau keberhasilan, akan datang silih berganti. Karena hidup di dunia adalah sementara, maka buatlah diri kita selalu bahagia. Dan kebahagiaan itu dapat diperoleh salah satunya dengan selalu melapangkan hati dan senantiasa bersyukur. Untuk setiap masalah, untuk setiap kesalahan orang lain kepada kita, dan untuk setiap kesalahan (kegagalan) kita. 
Sumber: Buletin Hadila edisi 39.


0 comments:

Post a Comment